Selasa, 26 Agustus 2014

MOZAIK ISLAM MEMBAWA PERUBAHAN BAGI INDONESIA BAHKAN DUNIA


Indonesia dulu adalah sebuah kepulauan yang memiliki kekayaan melimpah baik dari kekayaan alam maupun kaya akan keanekaragaman budaya. Pada zaman kebudayaan Hindu periode keemasan kerajaan Majapahit di pulau Jawa, dan kerajaan Sriwijaya di pulau Sumatera. Islam datang diperkenalkan oleh para saudaragar dari Arab dengan santun dan tidak memaksakan kehendak siapapun. Dakwah islam yang dilakukan dengan berdagang itu membuat orang-orang tertarik untuk memeluk agama Islam. Apalagi agama islam begitu toleran dan mudah. Sedangkan hal yang membuat rakyat tertarik memeluk islam adalah islam tidak mengenal perbedaan kasta. Semua manusia mempunyai kedudukan yang sama, hanya ketakwaannyalah membedakannya. Hubungan ekonomi dengan pedagang Arab membawa banyak keuntungan bagi rakyat dan kerajaan. Hingga terjadilah islamisasi secara besar-besaran dari raja diikuti rakyatnya. Tentu saja mereka memeluk agama islam atas kesadaran hati nurani mereka tanpa ada paksaan siapapun.

Walisongo merupakan tokoh yang berperang penting dalam mengembangkan agama islam di pulau Jawa. Para Wali tersebut, kebanyakan sakti, berkaromah, lebih hebat ketimbang Pendekar Ulat Sutra maupun Pemanah Burung Rajawali. Para Wali bersifat luwes, tegas, agung, berwibawa, belas kasih, dan telaten dalam membina masyarakat yang masih awam maupun masyarakat yang sudah mapan pengalamannya terhadap pengetahuan agama. Salah satu hal yang melekat dari seorang wali adalah sifat zuhudnya, yaitu mementingkan amalan-amalan yang menuju ke akhirat dan meninggalkan kesenangan duniawi. Karena keteladanan beliau menjadi panutan bagi rakyat Jawa. Apalagi dalam proses dakwah menyebarkan islam para wali memanfaatkan masyarakat pada saat itu untuk menarik perhatian. Sehingga muncullah budaya baru yang bernafaskan islam dengan kreatifitas, syarat makna dan tidak terlepas dari syariat seperti tembang macapat, dolanan, alat musik, pertunjukkan wayang  dan gending tarian.

Para Wali sama sekali tidak menggunakan kekerasan untuk berdakwah. Mereka menempuh jalan damai, dakwah bil hal, dengan tingkah laku dan perbuatan mereka sendiri yang sesuai dengan ajaran Islam. Sehingga tampaklah mutu dan ketinggian agama Islam yang sangat demokratis itu. Mereka juga memanfaatkan media masyarakat pada saat itu sebagai sarana penunjang dakwah. Mereka berusaha keras menciptakan budaya baru yang penuh kreatifitas sehingga lahirlah aneka jenis mainan dan dolanan anak-anak yang bernafaskan falsafah Islami, baik berupa tembang atau lagu, gending tarian dan aneka jenis permainan lainnya.

  Para wali juga menciptakan sastra Jawa yang sangat tinggi nilai estetis dan falsafahnya, seperti Suluk, lakon Wayang Caranga Dewa Ruci, dan beberapa karya sastra lainnya. Kisah perjuangan mereka sangat unik. Pada saat berhadapan dengan rakyat jelata, rakyat awam, orang-orang sakti, para sarjana (Brahmana dan pendeta Budha) maupun ketika berhadapan dengan para penguasa.

Munculnya agama islam tidak menghambat kebudayaan yang ada di Jawa, namun para wali memodifikasi kebudayaan yang ada dikembangkan lebih bernafaskan islami. Budaya-budaya yang diperkenalkan oleh para wali secara tidak langsung adalah pendidikan islam yang memberi pengajaran kepada manusia tentang kehidupan yang sesuai tuntunan nabi Muhammad Saw semisal seperti cerita tokoh wayang, makna tembang dolanan Lir-ilir, padang bulan dan sebagainya.  Sebagai seorang wali, masyarakat pada zaman itu selalu meminta pertolongan kepada wali songo dalam menghadapi masalah kehidupan dunia seperti pertikaian misalnya, bahkan tak jarang para penguasa meminta nasihat dan petunjuk kepada para wali dalam menghadapi masalah rakyatnya.

Peranan para wali begitu penting bagi kehidupan masyarakat pada zaman itu. Wali songo tersebar luas di tanah jawa. Karena dakwah islam harus disebarluaskan demi menyelamatkan rakyat dari kejahiliahan dan kebodohan. Selain dakwah islam yang diperkenalkan melalui budaya, mereka juga mendirikan pesantren dengan memberi kesempatan untuk menimba ilmu agama bagi masyarakat luas tanpa mengenal kasta. Perjuangan para walisongo sangatlah besar dalam menyebarkan agama islam di tanah Jawa , bahkan ke Nusantara, baik dilakukannya sendiri sewaktu masih muda sambil berdagang ataupun ataupun melalui murid- muridnya yang ditugaskan keluar pulau.

Para wali songo tidak bisa membiarkan syariat Islam diremehkan dengan paham aliran kufur. Dakwah islam yang disebarkan dan diajarkan para wali songo benar-benar dijaga kemurniannya. Keteguhannya dalam menyiarkan agama Islam secara murni dan konsekuen berdampak positif bagi generasi Islam berikutnya. Islam yang disiarkannya adalah Islam sesuai ajaran Nabi, tanpa di campuri kepercayaan atau adat istiadat lama. Sehingga jelas sekali tidak benar jika ada doktrin yang menyebutkan islam yang dibawa oleh walisongo adalah islam kejawen. Karena wali songo melakukan dakwah islam begitu santun, murni sesuai syariat islam serta tanpa ada unsur kekerasan.  Kontribusi  wali dalam mengusir para penjajah barat juga tidak bisa dilupakan. Perlawanan dalam  membela bangsa dan negara dikobarkan seperti perebutan kembali  sunda kelapa oleh Fatahillah.

Indonesia mengalami penderitaan, kemiskinan dan kebodohan yang berlarut-larut selama masa penjajahan dari bangsa Belanda, bangsa Inggris hingga bangsa Jepang,. Seakan pasrah menjadi negara penjajah. Berbagai pemberontakan dilakukan oleh penduduk namun perlawanan tersebut dilakukan sendiri-sendiri atau pun per daerah sehingga tidak berpengaruh. Pengalaman menjadi guru kehidupan bagi Indonesia untuk merubah dan membebaskan indonesia dari penjajahan selama beratus tahun. Fakta yang jelas adalah ketika islam hadir di nusantara (Indonesia) yang masih kental dengan kebudayaan hindu budha, islam membawa perubahan yang besar. Islam menjadi penerang Nusantara dari kegelapan kejahiliahan dan kukufuran. Karena al Qur’an, kitab suci islam menjadi pedoman hidup sepanjang masa yang mengatur segala aspek kehidupan baik dunia maupun akhirat. Mengatur hukum politik, ekonomi dan lain sebagainya. Al Qur’an menjadi sumber kitab suci satu-satunya di dunia ini yang mengatur perkara  baik akhirat maupun perkara dunia. Kalam Allah  yang membawa ketentraman bagi pemiliknya, yang mengamalkannya.

Kedatangan bangsa Eropa menjadi tanda peringatan yang besar sebagai pengalaman pahit yang pernah dialami, dijajah selama 350  tahun oleh bangsa Belanda, belum bangsa Iggris dan bangsa Jepang selama 3 ½ tahun. Pada awalnya tujuan mereka adalah mengeruk kekayaan bangsa Indonesia namun, sejarah telah menguak sebuah fakta bahwa sejak dulu umat Muslim berperang dengan bangsa Eropa. Kenapa demikian? Inilah sejarah peradaban dunia yang dibiarkan berdebu oleh manusia.

Perang  salib yaitu perebutan Yarussalem antara orang kristen (Eropa) dengan orang islam (Damaskus) menjadi sejarah pahit bagi dunia. Kemenangan islam merebut Yarussalem yang dipimpin oleh Sultan Salahuddin al ayyubi membawa pengaruh yang besar bagi dunia. Yarussalem yang dulu suram, gersang serta berbagai perlakuan yang tidak adil terhadap kaum muslim dilakukan Raja Philip (Prancis) penganut kristen . Namun setelah Yarussalem berhasil direbut, di bawah kemimpinan Sultan Salahudin keadaan Yarussalem menjadi lebih baik. Pada masa pemerintahan sultan Salahudin al Ayyubi keadilan dan kesejateraan benar-benar diperhatikan tanpa adanya perbedaan untuk orang-orang islam maupun untuk orang-orang non muslim (kristen dan yahudi). Peraturan dan perjanjian antara orang muslim dan orang non muslim dibentuk dengan seadil-adilnya tanpa bertentangan dengan syariat islam. Semua rakyat diperlakukan adil dan dilindungi oleh sultan Salahudin al Ayyubi. Disinilah perbedaan antara pemerintahan pada masa Raja Philip dan sultan Salahudin al Ayyubi. Sejak zaman Nabi agung Muhammad Saw. Sudah memberi tauladan kepada umatnya dalam memimpin sebuah pemerintahan. Hal itu pun sudah tersirat dalam al qur’an dan as sunnah. Bagaimana Rasulullah mengatur hubungan antara orang-orang muslim dengan orang nasrani dan orang yahudi yang tertera dalam piagam madinah.

Kekalahan bangsa Eropa dalam perang salib telah membuka matanya mencari dunia baru. Eropa mengalami pencerahan akibat bersinggungan dengan orang-orang Islam dalam Perang Salib ini. Merupakan fakta jika jauh sebelum Eropa berani melayari samudera, bangsa Arab telah dikenal dunia sebagai bangsa pedagang pemberani yang terbiasa melayari samudera luas hingga ke Nusantara. Warga pribumi nusantara hidup dalam kedamaian pada masa kerajaan islam berubah drastis saat orang-orang Eropa mulai berdatangan dengan dalih berdagang, namun membawa pasukan tempur lengkap dengan senjatanya. Hal yang ironis, tokoh yang menggerakkan roda sejarah dunia masuk ke dalam kubangan darah adalah dua orang Paus yang berbeda. Pertama, Paus Urbanus II, yang mengobarkan perang salib untuk merebut Yerusalem dalam Konsili Clermont tahun 1096. Dan yang kedua, Paus Alexander VI.

Paus Alexander VI pada tahun 1494 memberikan mandat resmi gereja kepada Kerajaan Katolik Portugis dan Spanyol melalui Perjanjian Tordesillas. Dengan adanya perjanjian ini, Paus Alexander dengan seenaknya membelah dunia di luar daratan Eropa menjadi dua kapling untuk dianeksasi. Garis demarkasi dalam perjanjian Tordesilas itu mengikuti lingkaran garis lintang dari Tanjung Pulau Verde, melampaui kedua kutub bumi. Ini memberikan Dunia Baru kini disebut Benua Amerika kepada Spanyol. Afrika serta India diserahkan kepada Portugis.

Inilah latar belakang dimulainya zaman impreialisme dan kolonialisme yang telah direncanakan Paus Alexander VI yang bertujuan gold, gospel dan glory. Dilema bangsa Eropa pada perang salib mengakibatkan kebengisan tak ada ampun untuk menjajah bangsa indonesia, terutama kerajaan-kerajaan islam.

Penjajahan masa imperialisme dan kolonialisme tidak hanya terjadi di Indonesia, ternyata di negara tetangga seperti Malaysia, India, Afrika selatan, Sri langka dan masih banyak lagi. Banyak rakyat pribumi yang menderita dan mati tersiksa karena perbudakan dan kerja rodi oleh ambisi para penjajah. Penderitaan yang tidak berujung ini menimbulkan simpati terhadap para tokoh negarawan di berbagai negara. Mereka mengkritik pedas kesewenang-wenangan para penjajah sehingga timbulah pemikiran nasionalisme, komunisme dan demokratisme. Paham ini pertama kali timbul di Amerika Serikat karena ketidakadilan perlakuan pemerintah Amerika Serikat terhadap orang-orang yang berkulit putih dan orang berkulit hitam. Dengan berakhirnya masa penjajahan dan kolonialisme, secara tidak langsung seluruh dunia sudah berkiblat pada Amerika serikat. Banyak negara-negara yang mengubah sistem pemerintahannya menjadi negara Republik. Kebebasan dan hak asasi manusia memang dijunjung tinggi, namun ini tak menjadi solusi dari deskriminasi dan kekerasan yang dilakukan bangsa Barat terhadap umat islam. Mungkin kita tidak tahu? Orang islam yang bermukim di Amerika serikat sering dikucilkan dan terisolasi. Mereka diklaim sebagai teroris. Sulit sekali bagi orang islam terutama wanita berjilbab mendapatkan pekerjaan, pendidikan ataupun hak yang seharusnya sama dengan orang non muslim di negara-negara asing yang mayoritas non islam. Ketidak adilan dan deskriminasi  menjalar sehingga menimbulkan percikan-percikan dendam dan permusuhan yang tiada berujung. Berbeda dengan negara kita negara Indonesia yang terkenal dengan bangsanya yang ramah tamah. Kenapa Indonesia mampu bersikap toleran meskipun terdiri dari beribu-ribu suku etnis yang berbeda, berbeda agama dan budaya? Apakah karena sistem pemerintah Indonesia yang berasaskan demokrasi dan berideologi pancasila? Bukankah itu tidak jauh berbeda dengan bangsa barat Amerika Serikat yang nota bene pencetus negara demokrasi? Kenapa bangsa indonesia mampu menerapkan kehidupan rukun beragama? Jangan pernah melupakan bahwa indonesia adalah bangsa timur yang menjujung nilai-nilai moral yang luhur. Sejak dulu, sejak zaman hindu buda bangsa indonesia dikenal bangsa yang menjujung tinggi nilai-nilai luhur. Karena sikap sopan santun dan keterbukaanya inilah, islam diterima dan disambut baik oleh bangsa Indonesia. Sayang sekali, sedikit demi sedikit nilai-nilai luhur itu mulai menipis akibat masuknya budaya Barat ke Indonesia.

Pada era globalisasi ini disadari atau tidak, hampir semua bidang kehidupan rakyat Indonesia yang mayoritas beragama Islam telah dijajah moralnya oleh bangsa lain, terutama bangsa barat yang note bene bukan Islam bahkan cenderung tidak menghiraukan norma-norma agama. Berbagai penyelewengan sosial dan diskriminasi yang memenuhi berita di media massa. Wacana tersebut tidak bisa terlepas dari pengaruh budaya Barat dan rendahnya kesadaran individu sebagai bangsa indonesia ber-Ketuhanan yang maha Esa.

Globalisasi besar-besaran membawa pengaruh yang besar bagi bangsa Indonesia baik berdampak positif maupun negatif. Perkembangan IPTEK baik dari komunikasi, informasi, transportasi memudahkan kehidupan manusia sehingga timbul gaya hidup pragmatisme dan hedonisme. Secara tak langsung Indonesia mulai berkiblat pada budaya kebarat-baratan semisal  hiburan  hollywood.

Pada zaman sekarang, pesta film dari Hollywood tidak lagi harus ditonton melalui layar perak di gedung bioskop, melainkan langsung masuk ke dalam rumah dan disodorkan di hadapan anak-anak dan generasi muda kita. Kita sudah tahu jenis hiburan apa saja yang disajikan para produser Hollywood untuk meracuni benak dan cara berpikir generasi muda di Indonesia ini. Pornografi, kekerasan dan tindak anti sosial lainnya. Ironisnya hal itu ternyata malah akrab dengan hidup keseharian generasi muda bangsa Indonesia. Mereka lebih suka menikmati film-film import ketimbang film buatan dalam negeri. Belum lagi jalur Internet yang bebas sensor memasuki layar komputer kita. Dari internet tersebut seorang pelanggan dapat melihat tampilan majalah porno dan sekaligus mengcopy gambar-gambar bebas aurat tanpa dikenakan sanksi apapun. Inilah penjajahan moral generasi secara besar-besaran yang terjadi di Indonesia.

Akses internet yang menjangkau tanpa batas sehingga tanpa sadar justru berdampak buruk terhadap perkembangan karakter. Ditambah lagi budaya meniru kebarat-baratan atau meniru idolanya membawa perubahan dari cara berpakaian, bergaul dan gaya hidup mewah. Mereka menjadi tidak malu ataupun sungkan mempertontonkan hal yang tak semestinya diperlihatkan. Hal yang seharusnya tidak wajar di zaman dulu menjadi wajar dizaman sekarang, sesuatu yang sebetulnya buruk menjadi lumrah dan dimaklumi. Nilai-nilai budi pekerti luhur yang dulu dijunjung sekarang mulai terabaikan dan hilang ditelan masa. Sebagai contoh realita sekarang, perceraian yang dulu sangat dihindari sekarang menjadi hal yang biasa. Melakukan hubungan seks terhadap yang tidak halal menjadi hal yang biasa, dilakukan tanpa rasa malu di tempat umum tanpa ada teguran tegas dari masyarakat. Nilai susila di masyarakat mulai tak berlaku karena Indonesia kini telah melandaskan aturan terhadap kebebasan dan hak asasi manusia. Asalnkan kedua pihak suka sama suka, meskipun itu adalah perbuatan yang nista menurut norma susilan dan menjadi dosa menurut norma agama. Nikah setelah hamil menjadi hal yang biasa saja di masyarakat, anak-anak SMP-SMA yang masih virgin bisa dihitung dengan jari sedangkan yang sudah tidak virgin melebihi 80%. Ironisnya, menteri kesehatan malah memfasilitasi dengan adanya sosialisasi pemakaian kongdom terhadap masyarakat. Meskipun maksud dan tujuannya baik, namun dampak buruknya justru lebih besar .

Semakin bobrok budi pekerti bangsa indonesia yang tak memiliki rasa malu, sopan santun, dan unggah-ungguh. Mentri kesehatan menghalalkan pergaulan seks bebas dengan menggalakkan program penggunaan kingdom kepada masyarakat khayalak. Belum lagi di beberapa kota besar seperti Surabaya dan Jakarta melegalkan lokalisasi dengan dalih untuk mencegah tersebarkan AIDS. Para pejabat berpangku tangan dan tak mau ikut campur dalam penutupan lokalisasi. Mereka lebih memilih bungkam dan menerima aliran dana yang disalurkan oleh lokalisasi tersebut. Sebenanrnya apa yang terjadi dengan Indonesia? Dimana indonesia yang dulu penuh dengan adab ketimuran?

Kebobrokan karakter bangsa semakin nampak dengan adanya sistem-sistem kotor yang menjalar di berbagai lembaga. Indonesia sudah menjadi negara juara ketiga terkorup se-Asia. Uang dan kekuasaan merupakan senjata ampuh yang mampu mematahkan moral manusia. Uang bisa membeli hukum, kekuasaan, informasi, politik, pekerjaan dan sebagainya. Sehingga tak kaget jika orang yang salah dibenarkan sedangkan orang yang benar disalahkan, karena uang menjadi pion utama dalam kehidupan hedonisme. Karena uang pun orang tidak mau menegakkan kebenaran dan lebih membela yang salah. Begitu pula  dengan kekuasaan. Karena taklid dengan atasan sehingga takut untuk menentang meskipun sesunggunya itu jelas sebuah penyimpangan. Takut kehilangan jabatan /posisi yang dijanjikan, takut diPHK dan takut kehilangan pekerjaan. Sedikit sekali orang yang mementingkan kepentingan orang banyak dari pada kepentingan pribadi. Sedikit sekali orang yang mengungkapkan kebenaran tanpa tergiur oleh uang dan kekuasaan. Sedangkan kehidupan di zaman sekarang serba sulit, persaingan semakin ketat, setiap orang membutuhkan uang agar kebutuhan tercukupi, setiap orang menginginkan jabatan dan posisi yang bagus agar dihargai oleh masyarakat.

Disadari atau tidak, Indonesia, negara kita  telah ditindas negara asing karena kebodohan kita sendiri? Sedikit-demi sedikit investor Barat mulai menguasai sumber kekayaan alam Indonesia. Meskipun berkat mereka, tenaga kerja Indonesia banyak yang terserap. Apakah tidak terpikir bagi kita, Indonesia yang menjadi investor di negara sendiri dengan tenaga kerja bangsa sendiri dan untuk kesejahteraan bangsa Indonesia sendiri?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimaksih atas koment nya....

Template by:
Free Blog Templates