Selasa, 26 Agustus 2014

STRATEGI DAKWAH DALAM DUNIA PENDIDIKAN


Masalah karakter generasi bangsa Indonesia tidak lagi menjadi sebuah persoalan yang remeh atau dianggap main-main. Norma agama dan susila yang dulu dijaga baik oleh nenek moyang luhur kini dipandang nyemeh oleh masyarakat zaman sekarang. Generasi bangsa Indonesia zaman sekarang tak lagi mencerminkan orang ketimuran malah cenderung kebarat-baratan. Masjid lebih jarang dikunjungi sedangkan diskotik, orkes, mall dan tempat karaoke lebih diminati. Orang zaman sekarang lebih betah di tempat maksiat dari pada duduk berdiam di masjid. Kemrosotan akhlak semakin nampak dari tahun ke tahun. Bagaimana Urgensi pendidikan karakter dalam membentuk bangsa indonesia yang berketuhanan yang Maha Esa? Bagaimana dengan kepedulian Mentri Pendidikan terhadap masalah karakter generasi bangsa yang semakin merosot? Kenapa banyak generasi bangsa kita yang “dangkal” mengenal agama dan budi pekerti?
Disinilah peran betapa penting dakwah islam untuk memperbaiki karakter bangsa agar menjadi bangsa Indonesia yang berketuhanan yang Maha Esa dan berakhlak luhur.
Masalah generasi bangsa merupakan hal yang sangat rawan dan harus segera di atasi. Persaingan ketat dalam perkembangan globalisasi menimbulkan masalah yang kompleks sehingga sangat mempengaruhi kejiwaan seseorang bahkan dapat menyebabkan stress. Berbagai masalah kompleks yang timbul menyeru pada para mujahid-mujahiddah, para da’i untuk berjihad dan berdakwah betapa genting masalah umat zaman sekarang.
Rasulullah Saw. Adalah sebaik-baik guru dan pendakwah. Beliau dengan gigih dan tidak putus asa mendakwahkan islam kepada orang-orang jahiliah Arab dimulai dengan dakwah sembunyi-sembunyi hingga terang-terangan, dimulai dari keluarga kemudian para sahabatnya hingga perjuangannya mengajak kafir quraisy. Berbagai perlakuan dzalim  yang beliau terima ketika berdakwah, namun tidak pernah menyusutkan semangatnya dalam menyampaikan islam hingga akhirnya diterima dan berdirilah sebuah pemerintahan islam pertama kali di dunia yaitu di Madinah.
Banyak ilmu yang diajarkan Rasulullah dalam menyampaikan risallah islam. Nabi Muhammad merupakan Uswatun Khasanah, panutan umat islam yang berakhlak mulia. Sebagai da’i kita bisa mencontoh Rasulullah bagaimana dan seperti apa beliau berdakwah. Kejujuran Nabi Muhammad Saw sehingga mendapat gelar al amin. Kejujuran bertutur kata dalam kehidupan sehari-hari membuahkan kepercayaan masyarakat terhadap apa yang kita sampaikan, bukan hanya dalam perkara duniawi, namun juga dalam perkara agama. Seorang Muslim yang telah dikenal di masyarakatnya jujur dalam bertutur kata, berhati-hati dalam berbicara dan menyampaikan berita, akan disegani. Ucapannya akan didengar. Dan ini modal yang amat berharga untuk berdakwah. Didengarkannya apa yang kita sampaikan itu sudah merupakan suatu langkah awal yang menyiratkan keberhasilan dakwah. Andaikan dari awal saja, masyarakat sudah enggan mendengar apa yang kita sampaikan, karena kita telah dikenal, misalnya mudah menyebarkan isu yang belum jelas kebenarannya, tentu jalan dakwah berikutnya akan semakin terjal.
Jalan dakwah merupakan jalan yang terjal yang dipenuhi onak dan duri, apalagi mengajak manusia meninggalkan keyakinan-keyakinan keliru yang telah mendarah-daging puluhan tahun dalam diri mereka. Pasti akan muncul tantangan, berupa cemoohan, makian, atau bahkan mungkin juga berbentuk serangan fisik, dari pihak yang antipati terhadap dakwah. Ketika seorang da'i menghadapi semua halangan tadi dengan ketegaran dan kesabaran, tidak lupa diiringi dengan kelapangan dada, bahkan justru membalas keburukan dengan kebaikan. Insya Allâh dengan berjalannya waktu, hati para 'lawan' dakwah akan luluh, atau minimal akan menyegani dakwah yang penuh berkah ini dan tidak mudah untuk melontarkan tuduhan-tuduhan miring.
Sebagian kalangan masih menganggap dakwah hanya berbentuk penyampaian materi secara lisan. Padahal sebenarnya dakwah meliputi aspek lainnya juga; semisal praktek nyata, memberi contoh amalan, dan akhlak mulia, atau yang lazim dikenal dengan dakwah bil hâl. Bahkan justru yang terakhir inilah yang lebih berat dibanding dakwah dengan lisan dan lebih mengenai sasaran
Bersikap ramah dan perhatian terhadap orang-orang lemah menguntungkan dakwah dari dua arah. Sisi orang-orang lemah tersebut, juga sisi masyarakat yang menyaksikan sikap mulia yang kita praktekkan tersebut. Adapun sisi pertama, keuntungannya adalah orang-orang lemah tersebut akan mudah untuk didakwahi dan diajak kepada kebenaran. Apalagi pada umumnya mereka memang lebih mudah untuk didakwahi. Sedangkan keuntungan kedua, dipandang dari sisi ketertarikan orang-orang yang menyaksikan praktek akhlak mulia tersebut, termasuk orang-orang yang memiliki status sosial tinggi. Masyarakat cenderung lebih respek kepada ulama atau da'i yang rendah hati serta akrab dengan orang-orang miskin dan lemah dibandingkan kepada penceramah yang hanya berada dalam lingkaran kehidupan orang-orang kaya dan pemilik kekuasaan. Sebab masyarakat menganggap da'i tersebut cenderung lebih tulus. Adapun penceramah (Ulama) yang hanya beramah-tamah dengan para pejabat dan konglomerat; masyarakat akan bertanya-tanya tentang motif kedekatan tersebut? Apakah karena mengharapkan harta duniawi atau apa?
Tatkala seseorang dalam keadaan sangat membutuhkan bantuan, kemudian ada orang yang membantunya, jelas susah baginya melupakan kebaikan orang tersebut. Dia akan terus mengingat jasa baik itu, sehingga manakala kita menyampaikan sesuatu padanya, minimal dia akan lebih terbuka untuk mendengar ucapan kita, bahkan sangat mungkin dia akan menerima masukan dan nasehat kita. Sebagai salah satu bentuk 'berbalas budi' atas kebaikan yang kita sodorkan kepadanya. Jika hal ini rajin diterapkan, lambat laun akan terbangun jembatan yang mengantarkan kita untuk masuk ke dalam hati orang-orang yang pernah kita bantu, sehingga dakwah salafiyah yang ingin disampaikan lebih mudah untuk mereka terima.
Tidaklah mudah, mengajak seseorang meninggalkan ideologi lamanya untuk menganut sebuah keyakinan baru. Maka, langkah awal yang ditempuh, buatlah ia ragu akan ideologi lamanya, lalu secara bertahap kita jelaskan keunggulan (keistimewaan, kebenaran) ideologi baru yang akan kita tawarkan padanya. Dengan berjalannya waktu, dengan izin Allâh Azza wa Jalla , sedikit demi sedikit ideologi lama akan ditinggalkannya, kemudian beralih ke ideologi yang baru.
Begitulah orang-orang berjiwa besar menyikapi kejahatan orang lain, dan lihatlah buahnya! Disegani lawan maupun kawan. Betapa banyak musuh bebuyutan yang berubah menjadi teman seperjuangan, berkat taufiq dari Allâh Azza wa Jalla , kemudian dengan ketulusan hati para da'i.
Untuk menumbuhkan jiwa seorang da’i target yang harus dibidik adalah para pemuda-mudi Indonesia, baik dari perguruan tinggi sampai ke SMA, SMP dan SD. Kenapa? Karena jika sejak dini sudah diperkenalkan tentang islam maka kedepannya tumbuh jiwa-jiwa qur’ani yang kuat. Masalah remaja dan pergaulan bebas dapat dimininalisir dan benar-benar diatasi. Pengenalan dakwah islam di sekolah-sekolah bisa dilaksanakan melalui ektrakurikuler atau pun melalui pelatihan kepimpinan (leadership) ataupun ketrampilan berorganisasi seperti Rohis dan remaja masjid. Dengan membentuk halaqoh ataupun mengadakan mentoring dengan memanfaatkan waktu ektrakurikuler maka kita dapat menggembleng generasi remaja agar tidak jatuh tersesat oleh arus perkembangan zaman. Memberikan bimbingan dan pendidikan agama pada waktu ekstrakurikuler sangat bermanfaat dan penting demi memperkuat akidah dan tauhid generasi bangsa. Jika mengandalkan kegiatan pembelajaran pada jam pelajaran Pendidikan agama islam pasti sangat kurang. Karena melihat kondisi kurikulum tahun 2014 ini guru malah dikejar target untuk merampungkan materi, sehingga porsi waktu untuk mendidik siswa-siswinya sangat kurang. Jelaslah sudah kenapa karakter generasi bangsa Indonesia semakin merosot?
Dakwah di sekolah mungkin itu istilah yang tepat untuk ekstrakurikuler keagamaan dan remaja masjid. Tidak semudah dakwah kepada masyarakat secara umum yang biasa dilakukan di masjid maupun mushola. Karena arus kiblat kebarat-baratan sudah menggrogoti cara pandang dan perilaku mereka. Jalan dakwah di sekolah bisa saja lebih sulit karena remaja memiliki emosi yang labil, tidak ingin diatur bahkan orang tuannya sendiri sangat kesulitan untuk mengatur putra-putri mereka. Mereka cenderung ingin melakukan sesuatu hal yang baru, semangat mereka masih menggebu-gebu, dan mereka cenderung terbuka dengan teman sebaya mereka dari pada dengan orang tua mereka. Inilah point penting yang bisa dimanfaatkan agar dakwah tersebut berhasil.
Memberikan rangsangan dan ketertarikan dengan menawarkan kegiatan unggulan dan menarik yang ada di ekstrakurikuler keagamaan melalui media yang menarik baik media cetak maupun sosial media (sosmed) seperti Facebook atau twitter dengan mengupload foto-foto kegiatan Keagamaan yang bisa membuat orang tertarik atau membuat grup Facebook yang mana merekrut para remaja untuk gabung dalam grup sehingga selalu update info mengenai kegiatan ekstrakurikuler keagamaan maupun seputar tausiyah. Tidak hanya mengumbar janji dan promosi saja namun benar-benar merealisasikan kegiatan yang benar-benar menarik, bermanfaat dan memberi kepuasan kepada peserta. Di antara kegiatan yang bisa dilaksanakan seperti pesantren kilat, perlombaan islami, mengadakan kegiatan outbond yang menarik atau apresiasi kesenian remaja islam yang menarik. Tentu saja dengan catatan tidak keluar dari koridor syariat islam. Dengan memanfaatkan kegiatan tersebut, sebagai pendakwah kita bisa memasuki kehidupan lingkungan remaja, kita bisa mengetahui seperti apa medan yang akan kita hadapi, kita bisa mengetahui kondisi psikologis remaja, kita dapat mengakrabkan diri dengan remaja, kemudian kita bisa memasuki ruang hati mereka sehingga dapat kita isi dengan akidah dan tauhid yang benar sesuai dengan syariat islam. 





Setelah menanamkan ketauhidan dan akidah dalam hati mereka, tidak lupa memberikan tugas amalan keseharian seperti amalan sholat fardu, sholat sunnah, puasa sunnah, shodakoh dan hafalan al qur’an agar dilaksanakan di kehidupan mereka sehari-hari. Pada awalnya mungkin harus dipaksa sebagai tugas dari pembimbing dengan angket atau jadwal rutinan, namun dengan begini jika dilaksanakan secara continu sesuai jadwal dan target akan menjadi suatu kebiasaan. Kemudian kebiasaan-kebiasaan itu jika terus berlanjut akan melekat ke dalam hati menjadi sebuah karakter. Kemudian karakter ini akan terus dibawah hingga dewasa. Inilah peran besar dakwah islam di sekolah yang mampu membebaskan generasi bangsa dari kiblat bangsa Barat.
Selain itu, kita bisa mencontoh metode dakwah yang pernah diterapkan oleh walisongo melalui kesenian. Dengan realita zaman sekarang, kita dapat mengetahui remaja zaman sekarang menyukai musik-musik Barat dan rock dari pada mencintai kesenian tradisional dalam negeri. Menumbukan rasa cinta pada produk dalam negeri sangat penting untuk generasi bangsa. Karena apa? Generasi mudalah yang akan meneruskan, menjaga dan melestarikan kesenian dan kebudayaan yang dalam negri. Jangan sampai generasi indonesia tidak bisa dan tidak tau kesenian dan kebudayaan dalam negrinya sendiri, atau jangan sampai kalah dengan orang luar negri yang mempelajari kebudayaan Indonesia lebih mahir memainkan kesenian Indonesia dari pada orang Indonesia itu sendiri.
Untuk memupuk rasa cinta para remaja terhadap kesenian dalam negri, kita dapat mengadakan sebuah pelatihan pengembangan bakat dan minat ataupun menambahkan kegiatan kesenian dalam suatu ektrakurikuler keagamaan. Semisal, kesenian rebana, dhuroran, nasyid, tari saman, drama musikal versi islami, qiroati dan tilawah al Qur’an, kultum bahasa Arab-Inggris-indonesia, kaligrafi, komik islami dan majalah dinding yang bertema: keagamaan, kesenian indonesia dan info terkini Dengan begitu selain para remaja merasa “enjoy” mengikuti kegiatan juga dapat mengembangkan bakat dan minatnya dalam kegiatan tersebut. Para remaja tidak bosan ketika kegiatan berlangsung bahkan semakin semangat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Secara otomatis, kita dapat mendekatkan diri dengan para remaja kemudian dengan mudah kita dapat melaksanakan dakwah islam dengan menyenangkan. Keuntungan lainnya, para remaja dapat mengembangkan bakat dan minatnya, para remaja semakin termotivasi untuk terus berkreasi, kesenian islam dalam negri dapat terlestarikan, dan dapat mencetak generasi muda yang qur’ani.

Demikianlah, gambaran realitas kondisi ummat islam dan sedikit metode dakwah islam yang bisa disampaikan penulis dalam blog ini. semoga bermanfaat bagi pembaca terutama penulis sendiri.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimaksih atas koment nya....

Template by:
Free Blog Templates