Masalah karakter generasi bangsa Indonesia tidak lagi
menjadi sebuah persoalan yang remeh atau dianggap main-main. Norma agama dan susila yang dulu dijaga baik
oleh nenek moyang luhur kini dipandang
nyemeh oleh masyarakat zaman
sekarang. Generasi bangsa Indonesia zaman sekarang tak lagi mencerminkan
orang ketimuran malah cenderung kebarat-baratan. Masjid lebih jarang dikunjungi
sedangkan diskotik, orkes, mall dan tempat karaoke lebih diminati. Orang zaman
sekarang lebih betah di tempat maksiat dari pada duduk berdiam di masjid.
Kemrosotan akhlak semakin nampak dari tahun ke tahun. Bagaimana Urgensi pendidikan
karakter dalam membentuk bangsa indonesia yang berketuhanan yang Maha Esa?
Bagaimana dengan kepedulian Mentri Pendidikan terhadap masalah karakter
generasi bangsa yang semakin merosot? Kenapa banyak generasi bangsa kita yang
“dangkal” mengenal agama dan budi pekerti?
Disinilah peran betapa penting
dakwah islam untuk memperbaiki karakter bangsa agar menjadi bangsa Indonesia
yang berketuhanan yang Maha Esa dan berakhlak luhur.
Masalah
generasi bangsa merupakan hal yang sangat rawan dan harus segera di atasi.
Persaingan ketat dalam perkembangan globalisasi menimbulkan masalah yang
kompleks sehingga sangat mempengaruhi kejiwaan seseorang bahkan dapat
menyebabkan stress. Berbagai masalah kompleks yang timbul menyeru pada para
mujahid-mujahiddah, para da’i untuk berjihad dan berdakwah betapa genting
masalah umat zaman sekarang.
Rasulullah
Saw. Adalah sebaik-baik guru dan pendakwah. Beliau dengan gigih dan tidak putus
asa mendakwahkan islam kepada orang-orang jahiliah Arab dimulai dengan dakwah
sembunyi-sembunyi hingga terang-terangan, dimulai dari keluarga kemudian para
sahabatnya hingga perjuangannya mengajak kafir quraisy. Berbagai perlakuan
dzalim yang beliau terima ketika berdakwah, namun tidak pernah
menyusutkan semangatnya dalam menyampaikan islam hingga akhirnya diterima dan
berdirilah sebuah pemerintahan islam pertama kali di dunia yaitu di Madinah.
Banyak
ilmu yang diajarkan Rasulullah dalam menyampaikan risallah islam. Nabi Muhammad
merupakan Uswatun Khasanah, panutan umat islam yang berakhlak mulia. Sebagai
da’i kita bisa mencontoh Rasulullah bagaimana dan seperti apa beliau berdakwah.
Kejujuran Nabi Muhammad Saw sehingga mendapat gelar al amin. Kejujuran bertutur
kata dalam kehidupan sehari-hari membuahkan kepercayaan masyarakat terhadap apa
yang kita sampaikan, bukan hanya dalam perkara duniawi, namun juga dalam
perkara agama. Seorang Muslim yang telah dikenal di masyarakatnya jujur dalam
bertutur kata, berhati-hati dalam berbicara dan menyampaikan berita, akan
disegani. Ucapannya akan didengar. Dan ini modal yang amat berharga untuk
berdakwah. Didengarkannya apa yang kita sampaikan itu sudah merupakan suatu
langkah awal yang menyiratkan keberhasilan dakwah. Andaikan dari awal saja,
masyarakat sudah enggan mendengar apa yang kita sampaikan, karena kita telah
dikenal, misalnya mudah menyebarkan isu yang belum jelas kebenarannya, tentu
jalan dakwah berikutnya akan semakin terjal.
Jalan
dakwah merupakan jalan yang terjal yang dipenuhi onak dan duri, apalagi
mengajak manusia meninggalkan keyakinan-keyakinan keliru yang telah
mendarah-daging puluhan tahun dalam diri mereka. Pasti akan muncul tantangan,
berupa cemoohan, makian, atau bahkan mungkin juga berbentuk serangan fisik,
dari pihak yang antipati terhadap dakwah. Ketika seorang da'i menghadapi semua
halangan tadi dengan ketegaran dan kesabaran, tidak lupa diiringi dengan
kelapangan dada, bahkan justru membalas keburukan dengan kebaikan. Insya Allâh
dengan berjalannya waktu, hati para 'lawan' dakwah akan luluh, atau minimal
akan menyegani dakwah yang penuh berkah ini dan tidak mudah untuk melontarkan tuduhan-tuduhan
miring.
Sebagian
kalangan masih menganggap dakwah hanya berbentuk penyampaian materi secara
lisan. Padahal sebenarnya dakwah meliputi aspek lainnya juga; semisal praktek
nyata, memberi contoh amalan, dan akhlak mulia, atau yang lazim dikenal dengan
dakwah bil hâl. Bahkan justru yang terakhir inilah yang lebih berat dibanding
dakwah dengan lisan dan lebih mengenai sasaran
Bersikap
ramah dan perhatian terhadap orang-orang lemah menguntungkan dakwah dari dua
arah. Sisi orang-orang lemah tersebut, juga sisi masyarakat yang menyaksikan
sikap mulia yang kita praktekkan tersebut. Adapun sisi pertama, keuntungannya
adalah orang-orang lemah tersebut akan mudah untuk didakwahi dan diajak kepada
kebenaran. Apalagi pada umumnya mereka memang lebih mudah untuk didakwahi.
Sedangkan keuntungan kedua, dipandang dari sisi ketertarikan orang-orang yang
menyaksikan praktek akhlak mulia tersebut, termasuk orang-orang yang memiliki
status sosial tinggi. Masyarakat cenderung lebih respek kepada ulama atau da'i
yang rendah hati serta akrab dengan orang-orang miskin dan lemah dibandingkan
kepada penceramah yang hanya berada dalam lingkaran kehidupan orang-orang kaya
dan pemilik kekuasaan. Sebab masyarakat menganggap da'i tersebut cenderung
lebih tulus. Adapun penceramah (Ulama) yang hanya beramah-tamah dengan para
pejabat dan konglomerat; masyarakat akan bertanya-tanya tentang motif kedekatan
tersebut? Apakah karena mengharapkan harta duniawi atau apa?
Tatkala
seseorang dalam keadaan sangat membutuhkan bantuan, kemudian ada orang yang
membantunya, jelas susah baginya melupakan kebaikan orang tersebut. Dia akan
terus mengingat jasa baik itu, sehingga manakala kita menyampaikan sesuatu
padanya, minimal dia akan lebih terbuka untuk mendengar ucapan kita, bahkan
sangat mungkin dia akan menerima masukan dan nasehat kita. Sebagai salah satu
bentuk 'berbalas budi' atas kebaikan yang kita sodorkan kepadanya. Jika hal ini
rajin diterapkan, lambat laun akan terbangun jembatan yang mengantarkan kita
untuk masuk ke dalam hati orang-orang yang pernah kita bantu, sehingga dakwah
salafiyah yang ingin disampaikan lebih mudah untuk mereka terima.
Tidaklah
mudah, mengajak seseorang meninggalkan ideologi lamanya untuk menganut sebuah
keyakinan baru. Maka, langkah awal yang ditempuh, buatlah ia ragu akan ideologi
lamanya, lalu secara bertahap kita jelaskan keunggulan (keistimewaan,
kebenaran) ideologi baru yang akan kita tawarkan padanya. Dengan berjalannya
waktu, dengan izin Allâh Azza wa Jalla , sedikit demi sedikit ideologi lama
akan ditinggalkannya, kemudian beralih ke ideologi yang baru.
Begitulah
orang-orang berjiwa besar menyikapi kejahatan orang lain, dan lihatlah buahnya!
Disegani lawan maupun kawan. Betapa banyak musuh bebuyutan yang berubah menjadi
teman seperjuangan, berkat taufiq dari Allâh Azza wa Jalla , kemudian dengan
ketulusan hati para da'i.
Untuk
menumbuhkan jiwa seorang da’i target yang harus dibidik adalah para pemuda-mudi
Indonesia, baik dari perguruan tinggi sampai ke SMA, SMP dan SD. Kenapa? Karena
jika sejak dini sudah diperkenalkan tentang islam maka kedepannya tumbuh
jiwa-jiwa qur’ani yang kuat. Masalah remaja dan pergaulan bebas dapat
dimininalisir dan benar-benar diatasi. Pengenalan dakwah islam di
sekolah-sekolah bisa dilaksanakan melalui ektrakurikuler atau pun melalui
pelatihan kepimpinan (leadership) ataupun ketrampilan berorganisasi seperti
Rohis dan remaja masjid. Dengan membentuk halaqoh ataupun mengadakan mentoring
dengan memanfaatkan waktu ektrakurikuler maka kita dapat menggembleng generasi
remaja agar tidak jatuh tersesat oleh arus perkembangan zaman. Memberikan
bimbingan dan pendidikan agama pada waktu ekstrakurikuler sangat bermanfaat dan
penting demi memperkuat akidah dan tauhid generasi bangsa. Jika mengandalkan
kegiatan pembelajaran pada jam pelajaran Pendidikan agama islam pasti sangat
kurang. Karena melihat kondisi kurikulum tahun 2014 ini guru malah dikejar
target untuk merampungkan materi, sehingga porsi waktu untuk mendidik
siswa-siswinya sangat kurang. Jelaslah sudah kenapa karakter generasi bangsa
Indonesia semakin merosot?
Dakwah
di sekolah mungkin itu istilah yang tepat untuk ekstrakurikuler keagamaan dan
remaja masjid. Tidak semudah dakwah kepada masyarakat secara umum yang biasa
dilakukan di masjid maupun mushola. Karena arus kiblat kebarat-baratan sudah
menggrogoti cara pandang dan perilaku mereka. Jalan dakwah di sekolah bisa saja
lebih sulit karena remaja memiliki emosi yang labil, tidak ingin diatur bahkan
orang tuannya sendiri sangat kesulitan untuk mengatur putra-putri mereka.
Mereka cenderung ingin melakukan sesuatu hal yang baru, semangat mereka masih
menggebu-gebu, dan mereka cenderung terbuka dengan teman sebaya mereka dari
pada dengan orang tua mereka. Inilah point penting yang bisa dimanfaatkan agar
dakwah tersebut berhasil.
Memberikan
rangsangan dan ketertarikan dengan menawarkan kegiatan unggulan dan menarik
yang ada di ekstrakurikuler keagamaan melalui media yang menarik baik media
cetak maupun sosial media (sosmed) seperti Facebook atau twitter dengan
mengupload foto-foto kegiatan Keagamaan yang bisa membuat orang tertarik atau
membuat grup Facebook yang mana merekrut para remaja untuk gabung dalam grup
sehingga selalu update info mengenai kegiatan ekstrakurikuler keagamaan maupun
seputar tausiyah. Tidak hanya mengumbar janji dan promosi saja namun
benar-benar merealisasikan kegiatan yang benar-benar menarik, bermanfaat dan
memberi kepuasan kepada peserta. Di antara kegiatan yang bisa dilaksanakan
seperti pesantren kilat, perlombaan islami, mengadakan kegiatan outbond yang
menarik atau apresiasi kesenian remaja islam yang menarik. Tentu saja dengan
catatan tidak keluar dari koridor syariat islam. Dengan memanfaatkan kegiatan
tersebut, sebagai pendakwah kita bisa memasuki kehidupan lingkungan remaja,
kita bisa mengetahui seperti apa medan yang akan kita hadapi, kita bisa
mengetahui kondisi psikologis remaja, kita dapat mengakrabkan diri dengan
remaja, kemudian kita bisa memasuki ruang hati mereka sehingga dapat kita isi
dengan akidah dan tauhid yang benar sesuai dengan syariat islam.
Setelah
menanamkan ketauhidan dan akidah dalam hati mereka, tidak lupa memberikan tugas
amalan keseharian seperti amalan sholat fardu, sholat sunnah, puasa sunnah,
shodakoh dan hafalan al qur’an agar dilaksanakan di kehidupan mereka sehari-hari.
Pada awalnya mungkin harus dipaksa sebagai tugas dari pembimbing dengan angket
atau jadwal rutinan, namun dengan begini jika dilaksanakan secara continu
sesuai jadwal dan target akan menjadi suatu kebiasaan. Kemudian
kebiasaan-kebiasaan itu jika terus berlanjut akan melekat ke dalam hati menjadi
sebuah karakter. Kemudian karakter ini akan terus dibawah hingga dewasa. Inilah
peran besar dakwah islam di sekolah yang mampu membebaskan generasi bangsa dari
kiblat bangsa Barat.
Selain
itu, kita bisa mencontoh metode dakwah yang pernah diterapkan oleh walisongo
melalui kesenian. Dengan realita zaman sekarang, kita dapat mengetahui remaja
zaman sekarang menyukai musik-musik Barat dan rock dari pada mencintai kesenian
tradisional dalam negeri. Menumbukan rasa cinta pada produk dalam negeri sangat
penting untuk generasi bangsa. Karena apa? Generasi mudalah yang akan
meneruskan, menjaga dan melestarikan kesenian dan kebudayaan yang dalam negri.
Jangan sampai generasi indonesia tidak bisa dan tidak tau kesenian dan
kebudayaan dalam negrinya sendiri, atau jangan sampai kalah dengan orang luar
negri yang mempelajari kebudayaan Indonesia lebih mahir memainkan kesenian
Indonesia dari pada orang Indonesia itu sendiri.
Untuk
memupuk rasa cinta para remaja terhadap kesenian dalam negri, kita dapat
mengadakan sebuah pelatihan pengembangan bakat dan minat ataupun menambahkan
kegiatan kesenian dalam suatu ektrakurikuler keagamaan. Semisal, kesenian
rebana, dhuroran, nasyid, tari saman, drama musikal versi islami, qiroati dan
tilawah al Qur’an, kultum bahasa Arab-Inggris-indonesia, kaligrafi, komik
islami dan majalah dinding yang bertema: keagamaan, kesenian indonesia dan info
terkini Dengan begitu selain para remaja merasa “enjoy” mengikuti kegiatan juga
dapat mengembangkan bakat dan minatnya dalam kegiatan tersebut. Para remaja
tidak bosan ketika kegiatan berlangsung bahkan semakin semangat berpartisipasi
dalam kegiatan tersebut. Secara otomatis, kita dapat mendekatkan diri dengan
para remaja kemudian dengan mudah kita dapat melaksanakan dakwah islam dengan
menyenangkan. Keuntungan lainnya, para remaja dapat mengembangkan bakat dan
minatnya, para remaja semakin termotivasi untuk terus berkreasi, kesenian islam
dalam negri dapat terlestarikan, dan dapat mencetak generasi muda yang qur’ani.
Demikianlah,
gambaran realitas kondisi ummat islam dan sedikit metode dakwah islam yang bisa
disampaikan penulis dalam blog ini. semoga bermanfaat bagi pembaca terutama
penulis sendiri.
Setelah
menanamkan ketauhidan dan akidah dalam hati mereka, tidak lupa memberikan tugas
amalan keseharian seperti amalan sholat fardu, sholat sunnah, puasa sunnah,
shodakoh dan hafalan al qur’an agar dilaksanakan di kehidupan mereka sehari-hari.
Pada awalnya mungkin harus dipaksa sebagai tugas dari pembimbing dengan angket
atau jadwal rutinan, namun dengan begini jika dilaksanakan secara continu
sesuai jadwal dan target akan menjadi suatu kebiasaan. Kemudian
kebiasaan-kebiasaan itu jika terus berlanjut akan melekat ke dalam hati menjadi
sebuah karakter. Kemudian karakter ini akan terus dibawah hingga dewasa. Inilah
peran besar dakwah islam di sekolah yang mampu membebaskan generasi bangsa dari
kiblat bangsa Barat.
Selain
itu, kita bisa mencontoh metode dakwah yang pernah diterapkan oleh walisongo
melalui kesenian. Dengan realita zaman sekarang, kita dapat mengetahui remaja
zaman sekarang menyukai musik-musik Barat dan rock dari pada mencintai kesenian
tradisional dalam negeri. Menumbukan rasa cinta pada produk dalam negeri sangat
penting untuk generasi bangsa. Karena apa? Generasi mudalah yang akan
meneruskan, menjaga dan melestarikan kesenian dan kebudayaan yang dalam negri.
Jangan sampai generasi indonesia tidak bisa dan tidak tau kesenian dan
kebudayaan dalam negrinya sendiri, atau jangan sampai kalah dengan orang luar
negri yang mempelajari kebudayaan Indonesia lebih mahir memainkan kesenian
Indonesia dari pada orang Indonesia itu sendiri.
Untuk
memupuk rasa cinta para remaja terhadap kesenian dalam negri, kita dapat
mengadakan sebuah pelatihan pengembangan bakat dan minat ataupun menambahkan
kegiatan kesenian dalam suatu ektrakurikuler keagamaan. Semisal, kesenian
rebana, dhuroran, nasyid, tari saman, drama musikal versi islami, qiroati dan
tilawah al Qur’an, kultum bahasa Arab-Inggris-indonesia, kaligrafi, komik
islami dan majalah dinding yang bertema: keagamaan, kesenian indonesia dan info
terkini Dengan begitu selain para remaja merasa “enjoy” mengikuti kegiatan juga
dapat mengembangkan bakat dan minatnya dalam kegiatan tersebut. Para remaja
tidak bosan ketika kegiatan berlangsung bahkan semakin semangat berpartisipasi
dalam kegiatan tersebut. Secara otomatis, kita dapat mendekatkan diri dengan
para remaja kemudian dengan mudah kita dapat melaksanakan dakwah islam dengan
menyenangkan. Keuntungan lainnya, para remaja dapat mengembangkan bakat dan
minatnya, para remaja semakin termotivasi untuk terus berkreasi, kesenian islam
dalam negri dapat terlestarikan, dan dapat mencetak generasi muda yang qur’ani.
Demikianlah,
gambaran realitas kondisi ummat islam dan sedikit metode dakwah islam yang bisa
disampaikan penulis dalam blog ini. semoga bermanfaat bagi pembaca terutama
penulis sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimaksih atas koment nya....